Kenali Apa Itu Abses Hati Piogenik
PERBIDKES.com - Hati merupakan organ yang paling sering terjadinya abses. Abses hati dapat berbentuk sepasang (soliter) maupun multiple. Selain itu abses hati juga dapat terjadi dari penyebaran hematogen maupun secara langsung dari tempat terjadinya infeksi di dalam rongga peritonium.
Abses hati terbagi menjadi dua, yaitu abses hati amebik (AHA) & abses hati piogenik (AHP).
Abses hati piogenik dikenal juga sebagai bacterial hepatic abscess, bacterial abscess for the liver, bacterial liver abscess, & hepatic abscess.
Abses hati piogenik lebih berat dari pada abses hati amebik. Pasien dicurigai andanya AHPjika ditemukan sindrom klinis klasik yaitu berupa nyeri spontan pada perut kanan atas, yang ditandai dengan jalannya membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan ke atasnya.
Keluhan utama pasien yaitu demam maupun panas tinggi, keluan lain yang biasanya menyertai adalah nyeri pada kuadran kanan atas perut, & kadang2 disertai dengan keadaan syock.
Setelah era pemakaian antibiotik yang adekuat, gejala & keluhan AHP adalah demam yang tidak terlalu tinggi, tidak enak badan, serta nyeri tumpul pada perut yang menghebat jika adanya pergerakan. Apabila AHP terletak dekat dengan diafragma, maka akan terjadi iritasi diafragma sehingga terjadilah nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk, ataupun terjadi alektasis.
Gejala lainnya yaitu mual, muntah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, ikterus, buang air besar berwarna seperti kapur, buang air kecil berwarna gelap, kelemahan badan, demam, panas tinggi.
Ketika dilakukan pemeriksaan palpasi teraba pembesaran hati, serta jika dilakukan pemeriksaan perkusi terdapat nyeri tekan hati, akan lebih berat jika ada pergerakan perut, Splenomegali ditemukan apabila AHP telah menjadi kronik, selain itu juga dapat ditemukan ikterus, asites, serta tanda2 hipertensi portal.
Pada pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen & foto toraks akan ditemukan diafragma kanan yang meninggi, abses paru, & efusi pleural. Sedang pada foto toraks PA akan terlihat bayangan udara di bawah diafragma.
Serta pada pemeriksaan penunjang lainnya yaitu MRI / CT-scan, USG abdomen, & biopsi hati, kesemuanya saling menunjang dalam membantu menentukan diagnosis.
Dalam menentukan diagnosis AHP harus diddasari dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, & pemeriksaan penunjang lainnya. Kadang memang sangat sulit untuk menentukan diagnosis karena sebab, gejala, & tanda klinis sering tidak spesifik.
Terapi awal dengan memakai antibiotika yaitu penisilin. Selanjutnya dikombinasi antara ampisilin, klindaminsin, sefalosporin generasi III, aminoglikosida, & metronidazol.
Jika dalam waktu 28 hingga 78 jam belum ada perbaikan maka antibiotika diganti, pengobatan secara parenteral dapat diganti menjadi per oral setelah pengobatan parenteral selama 10 hingga 14 hari, kemudian dapat dilanjutkan kembali setelah 6 minggu kemudian.
Pengertian.
Abses hati adalah berbentuk infeksi pada hati yang disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari sistim saluran pencernaan yangditandai dengan adanya proses supurasi & pembentukan nanah yang terdiri dari jaringan hati nekrotik, sel-sel inflamasi maupun sel darah di dalam parenkim hati. (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, 2006)Abses hati terbagi menjadi dua, yaitu abses hati amebik (AHA) & abses hati piogenik (AHP).
Abses hati piogenik dikenal juga sebagai bacterial hepatic abscess, bacterial abscess for the liver, bacterial liver abscess, & hepatic abscess.
Gejala.
Abses hati piogenik lebih berat dari pada abses hati amebik. Pasien dicurigai andanya AHPjika ditemukan sindrom klinis klasik yaitu berupa nyeri spontan pada perut kanan atas, yang ditandai dengan jalannya membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan ke atasnya.Keluhan utama pasien yaitu demam maupun panas tinggi, keluan lain yang biasanya menyertai adalah nyeri pada kuadran kanan atas perut, & kadang2 disertai dengan keadaan syock.
Setelah era pemakaian antibiotik yang adekuat, gejala & keluhan AHP adalah demam yang tidak terlalu tinggi, tidak enak badan, serta nyeri tumpul pada perut yang menghebat jika adanya pergerakan. Apabila AHP terletak dekat dengan diafragma, maka akan terjadi iritasi diafragma sehingga terjadilah nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk, ataupun terjadi alektasis.
Gejala lainnya yaitu mual, muntah, nafsu makan berkurang, berat badan menurun, ikterus, buang air besar berwarna seperti kapur, buang air kecil berwarna gelap, kelemahan badan, demam, panas tinggi.
Ketika dilakukan pemeriksaan palpasi teraba pembesaran hati, serta jika dilakukan pemeriksaan perkusi terdapat nyeri tekan hati, akan lebih berat jika ada pergerakan perut, Splenomegali ditemukan apabila AHP telah menjadi kronik, selain itu juga dapat ditemukan ikterus, asites, serta tanda2 hipertensi portal.
Pemeriksaan Penunjang.
Pada pemeriksaan laboratorium akan didapatkan leukositis yang tinggi, anemia, peningkatan laju endap darah, peningkatan enzim transaminase & serum bilirubin, peningkatan alkalin fosfatase, berkurangnya konsentrasi albumin serum & waktu protrombin yang memanjang menunjukkan terdapat kegagalan fungsi hati yang disebabkan oleh AHP.Pada pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen & foto toraks akan ditemukan diafragma kanan yang meninggi, abses paru, & efusi pleural. Sedang pada foto toraks PA akan terlihat bayangan udara di bawah diafragma.
Serta pada pemeriksaan penunjang lainnya yaitu MRI / CT-scan, USG abdomen, & biopsi hati, kesemuanya saling menunjang dalam membantu menentukan diagnosis.
Dalam menentukan diagnosis AHP harus diddasari dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, laboratorium, & pemeriksaan penunjang lainnya. Kadang memang sangat sulit untuk menentukan diagnosis karena sebab, gejala, & tanda klinis sering tidak spesifik.
Komplikasi.
Kompikasi yang terjadi karena abses hati antara lain adalah:- Abses rekuren.
- Infeksi luka.
- Gagal hati.
- Perdarahan di dalam rongga abses.
- Peritonitis.
- Hemobilia.
Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan AHP dengan drainase terbuka secara operasi & antibiotik spektrum luas karena bakteri penyebab abses terdapat di dalam cairan abses yang sulit untuk dijangkau dengan antibiotika tunggal tanpa aspirasi cairan abses.
Komplikasi yang dapat terjadi karena tindakan drainase adalah perdarah, infeksi, penyebaran di dalam rongga perut.
Terapi awal dengan memakai antibiotika yaitu penisilin. Selanjutnya dikombinasi antara ampisilin, klindaminsin, sefalosporin generasi III, aminoglikosida, & metronidazol.
Jika dalam waktu 28 hingga 78 jam belum ada perbaikan maka antibiotika diganti, pengobatan secara parenteral dapat diganti menjadi per oral setelah pengobatan parenteral selama 10 hingga 14 hari, kemudian dapat dilanjutkan kembali setelah 6 minggu kemudian.
Referensi:
- Abses hati piogenik. Nelly tendean wenas & B.J. waleleng. BAIPD. Jilid I. Edisi IV. Jakarta : FKUI. p460-106.