PerawatanKesehatan.com – Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui masa subur wanita, yaitu sebagai berikut:
1. Mengukur temperatur basal tubuh.
Suhu basal tubuh adalah suhu yang diambil dari mulut saat bangun pagi hari. Suhu tubuh normal manusia berkisar antara 35-36â—‹ Celcius. Nmun pada saat masa subur, suhu tersebut akan naik menjadi 37-38 derajat celcius. Karena meningkatkan hormon progesteron yang berfungsi untuk meningkatkan jaringan dalam rahim untuk menyambut sel telur yang telah dibuahi.
Cara mengukur suhu basal tubuh adalah:
- Dengan meletakkan termometer di bawah lidah pada pagi hari sebelum beranjak ketempat tidur. Ketika ada sel telur matang yang di keluarkan atau ovulasi, suhu basal tubuh dapat meningkat 1-1,5 â—‹ dari suhu normal.
- Pastikan calon ibu tidak demam saat pengukuran suhu basal tubuh dan hindari tidur dengan lampu yang panas atau AC agar suhu tubuh alami.
2. Siklus haid.
Siklus haid setiap Wanuta berbeda-beda. ada yang siklus haidnya pendek yaitu (25 hari) dan ada yang siklusnya sangat panjang yaitu (35 hari). Ketika haid, Wanita akan kehilangan darah 85 cc dalam waktu 3- 7 hari. Volume darah yang keluar paling banyak adalah pada tiga hari pertama (sekitar 90 % dari total darah). Bila terdapat darah yang tidak keluar dan menyumbat di suatu tempat yang sama setelah 5-10 menit, maka akan menjadi gumpalan dan darah akan keluar setelah bangun tidur atau setelah duduk yang lama.
Bila sudah aktif melakukan hubungan badan tanpa disertai dengan KB dan haid tidak keluar ada kemungkinan terjadinya kehamilan. Akan tetapi bila tidak adanya kehamilan maka perlu cermati penyebabnya bisa jadi karena akibat dari kelelahan, stress, olahraga yang berlebihan, diet ketat dan masalah cuaca juga dapat mempengaruhi siklus haid. Rata-rata siklus haid berlangsung 28-30 hari atau 22-35 hari. Sel telur akan keluar dari indung telur pada pertengahan masa haid dihitung atau sekitar hari ke 14 sebelum haid berikutnya. Tetapi biasanya 14 hari +- 2 hari sudah dapat diperkirakan masa suburnya. Inilah saat yang memungkinkan bagi sel telur untuk dibuahi.
3. Getah lendir leher rahim.
Masa subur dapat diketahui dengan mengamati perubahan kekentalan lendir yang keluar dari mrs. V . Pertama, lakukan pengamatan secara rutin seriap hari,. Lendir yang keluar pada saat masa subur bentuknya terlihat seperti daun pakis, bersifat kenyal, tidak terputus jika dipegang dan ditarik memanjang, serta lengket seperti putih telur.
4. Ultrasonografi (USG).
Penentuan masa subur dengan cara USG dilakukan secara serial 3-5 hari, berdasarkan atas siklus haid calon ibu. Dari hasil pemantauan ini dapat diketahui kapan sel telur mulai terbentuk di dalam indung telur , kapan sel telur menjadi matang , sampai kapan sel telur dikeluarkan. cara ini cocok digunakan untuk calon ibu dengan siklus haid yang tidak teratur.
5. Kalkulator masa subur.
Kalkulator masa subur membantu memperkirakan periode waktu dimana calon ibu berada pada masa paling sibur sehingga dapat merencanakan kehamilan dengan tepat.
Cara penggunaannya yaitu dengan memasukkan tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT) dan panjang rata- rata siklus haid anda. Kemudian, cukup klik “hitung” untuk melihat prediksi masa subur anda. Catat tanggal- tanggal hasil perhitungannya sebagai “kalender masa subur” Anda.
Selain cara- cara diatas, nyeri perut juga bisa menjadi tanda mengetahui masa subur wanita. Menurut penelitian bahwa satu dari lima Wanita mengalami nyeri pada bagian bawah perut sebelah kanan pada saat masa subur. Tingkat rasa sakitnya bervariasi dari ringan sampai seperti ditusuk- tusuk dan berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam. Namun cara lain yang tak kalah akurat untuk mengetahui ovulasi adalah dengan menggunakan alat tes ovulasi, yang menganalisis sampel urin guna mendeteksi adanya kenaikan hormon lutein yang khas pada saat ovulasi.
Referensi:
- Rusmalia M. Salman. 30 perubahan selama hamil: menghilangkan kecemasan saat persalinan & komplikasi kehamilan/ Rusmalia B. Salman. Jakarta: Penerbit Pustaka Kemang, 2016.
- Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke 4 Jilid 1. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007.