Tujuan melakukan resusitasi jantung paru (RJP) adalah untuk membantu mempertahankan kehidupan bagi seseorang yang mengalami henti jantung & henti nafas. Perlu diketahui bahwa apabila seseorang mengalami henti jantung maka sekaligus ia juga akan mengalami henti nafas, misalnya saat mengalami kecelakaan atau tenggelam. Untuk informasi selengkapnya tentang urutan langkah-langkah resusitasi jantung paru (RJP), lihat di bawah ini.
Langkah-langkah Resusitasi jantung Paru (RJP)
Pastikan aman saat anda hendak menolong korban. Aman diri dan aman lingkungan akan membantu kenyamanan anda saat melakukan RJP.
Periksa kesadaran korban dengan menepuk-nepuk atau menggoyangkan korban sambil berteriak memanggilnya. Bila korban tidak memberikan respon atau nafas tidak normal dan denyut nadi tidak teraba dalam 10 detik maka anggaplah korban mengalami henti jantung.
Hubungi bantuan segera mungkin. Nomor-nomor penting yang dapat anda hubungi untuk meminta pertolongan yaitu 118 untuk memanggil AGD (ambulans gawat darurat), 112 untuk memanggil polisi dan 113 untuk memanggil pemadam kebakaran (bila korban kebakaran).
Berdasarkan pedoman terbaru AHA (American Heart Association) yang dikeluarkan pada tahun 2015 untuk urutan langkah-langkah resusitasi jantung paru (RJP) adalah A-B-C, singkatan dari chest compressions (kompresi dada), dilanjutkan airway (membuka jalan nafas) dan breathing (memberikan nafas bantuan).
Kompresi dada dilakukan dengan cara membaringkan korban ke tempat yang datar. Bila korban ditemukan dalam posisi telungkup maka ubahlah menjadi terlentang. Kemudian letakkan telapak tangan anda yang saling berkaitan di separuh bagian bawah tulang dadanya. Tekan secara cepat dan kuat sedalam minimal 5 cm dengan kecepatan 100 – 120 kali per menit. Perlu diingat bahwa anda tidak boleh bertumpu di atas dada setelah setiap kali kompresi.
Pada anak usia 1 tahun keatas, tekanan diberikan sedalam 5 cm (bila anak terlalu kecil maka gunakanlah 1 tangan). Sedangkan pada bayi usia kurang dari 1 tahun dan bukan bayi baru lahir, tekanlah sedalam 4 cm dengan 2 jari.
Buka jalan nafas dengan mendorong kepada sambil mengangkat dagu korban. Namun, bila anda curiga adanya trauma tulang leher maka bukalah jalan nafas korban dengan menekan rahang bawah ke arah belakang. Setelah dilakukan tindakan membuka jalan nafas, langkah selanjutnya adalah dengan pemberian nafas bantuan.
Nafas bantuan dapat anda diberikan melalui mulut ke mulut. Jepitlah hidung korban sambil membuka sedikit mulutnya, tarik nafas dan tempelkan bibir anda melingkari mulut korban, kemudian tiupkan nafas ke dalam mulutnya hingga dada tampak mengembang. Berikan 2 kali nafas bantuan setiap 30 kali kompresi dada. Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan maka nafas bantuan dengan metode mulut ke mulut sebaiknya hanya dilakukan oleh seseorang yang telah mengikuti pelatihan khusus.
Note:
- Pedoman ini tidak berlaku untuk bayi baru lahir.
- Bukan orang terlatih tetap dapat menolong korban serangan jantung dengan memberikan RJP tetapi hanya kompresi (hands only CPR) tanpa dikuti pemberian nafas bantuan hingga AED (defibrilator eksternal otomatis) datang dan siap digunakan atau penolong terlatih sudah datang.
Referensi:
- Fokus Utama pembaruan pedoman American Heart Assosiation 2015 untuk CPR dan ECC.
- Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2007.
- Modul Basic Trauma Cardiac Life Support. Edisi Revisi. Ambulan Gawat Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Jakarta. 2012.