PerawatanKesehatan.com – Disini kami akan membahas tentang macam- macam keguguran (abortus) sesuai dengan gejala, tanda, dan proses patologi yang terjadi.
Berikut Macam-Macam Keguguran (Abortus) adalah:
Abortus iminens.
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus yang ditandai dengan perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan seperti:
- Perdarahan pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu.
- Penderita mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
- Ostium uteri masih tertutup besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan.
- Tes kehamilan urin masih positif (lihat video dibawah ini).
Pengelolaan penderita ini sangat bergantung pada informed consent yang diberikan. Bila ibu ini masih menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini.
- Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum.
- Diperhatikan ukuran biometri janin/kantong gestasi apakah masih sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan HPHT (hari pertama haid terakhir). denyut jantung janin dan gerakan janin juga harus diperhatikan disamping ada tidaknya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis.
- Pemeriksaan USG dapat dilakukan baik secara transabdominal maupun transvaginal.
- Pada USG transabdominal jangan lupa pasien disuruh tahan kencing terlebih dahulu untuk mendapatkan acoustic window yang baik agar rincian hasil USG dapat jelas.
- Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti.
- Dapat diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon progesteron atau derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat- obatan ini walaupun secara statistik kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek psikologis kepada penderita sangat menguntungkan.
- Penderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan badan dulu sampai kurang lebih 2 minggu.
Abortus insipiens.
Abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat, perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan.
Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin kehamilan masih positif.
Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan denyut jantung janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal.
Biasanya terlihat penipisan serviks uterus atau adanya pembukaan.
Pengelolaan penderita ini AB insipiens harus memperhatikan keadaan umumnya dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segeralah lakukan pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan banyak.
Pada umur kehamilan diatas 12 minggu, uterus biasanya sudah melebihi telur angsa jadi tindakan evaluasi dan kuretase harus dilakukan dengan hati- hati, kalau perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital dan kemudian disusul dengan tindakan kuretase sambil diberikan uterotonika. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya perforasi pada dinding uterus.
Pascatindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian uterotonika, dan antibiotika profilaksis.
Abortus kompletus.
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Semua hasil konsepai telah dikeluarkan, osteum uteri telah menutup, uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila pemeriksaan klinis sudah memadai.
Pada pemeriksaan urin biasanya masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus. Pengelolaan penderita tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak perlu di berikan.
Abortus inkompletus.
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri tetapi masih ada yang tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Perdarahan bisa terjadi jumlahnya bisa bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Dapat mengakibatkan syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian disiapkan tindakan kuretase.
Pemeriksaan USG hanya dapat dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis.
Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang menggambat terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, apabila kontraksi uterus dapat berlangsung dengan baik dan perdarahan bisa berhenti selanjutnya dilakukan tindakan kuretase.
Pasca tindakan perlub diberikan uterotonika parental ataupun per oral dan antibiotika.
Missed abortion.
Missed abortion adalah keguguran yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan berusia 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan [1].
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apapun kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan.
Bila kehamilan diatas 14-20 minggu penderita justru merasakan rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan skunder pada payudara mulai menghilang. pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila servik uterus memungkinkan bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang dari 20 mgg dengan keadaan servik uterus yang masih kaku dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan kanalis servikalis.

Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infus intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc D5 % dengan tetesan 20 tetes permenit diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal 3 kali . Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dapat dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin. Apabila terjadi hipofibrinogenemia perlu disiapkan transfusi darah segar atau fibrinogen. Setelah tindakan kalau perlu dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.
Abortus habitualis.
Abortus habitualis adalah keguguran spontan yang terjadi 3 kali berturut- turut. penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran / abortus secara berturut – turut [1].
Penyebab abortus habitualis selain faktor anatomis banyak yang mengaitkannya dengan reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). salah satu penyebab yang sering dijumpai ialah inkompetensia serviks , yaitu keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, dimana ostium serviks akan membuka (inkompeten) tanpa disertai rasa mulas / kontraksi rahim dan akhirnya terjadi pengeluaran janin.
Pengelokaan penderita inkompetensia serviks dianjurkan untuk periksa hamil seawal mungkin dan bila dicurigai adanya inkompetensia serviks harus dilakukan tindakan untuk memberikan fiksasi pada serviks agar dapat menerima beban dengan berkembangnya umur kehamilan.
Operasi dilakukan pada umur kehamilan 12- 14 minggu dengan cara SHIRODKAR atau McDONALD dengan melingkari kanalis servikalis dengan benang sutera / MERSILENE yang tebal dan simpul baru dibuka setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan.
Abortus infeksiosus , Abortus septik.
Abortus infeksiosus ialah keguguran yang disertai dengan infeksi pada alat genetalia. abortus septik adalah abortus yang disertai penyebarana infeksi pada peredaran darah tubuh atau peritoneum (septikemia atau peritonitis).
Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi dari tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Pengelolaan pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang adekuat sesuai dengan hasil kultur dan sensivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan fluksus / flour yang keluar pervaginam. Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat diberikan. Jangan lupa pada saat tindakan uterus dilindungi dengan uterotonika.
Referensi.
- Ilmu Kebidanan. Sarwono Prawirohardjo. Abdul Bari Saifuddin (Editor utama). Trijatmo Rachimhadhi, Gulardi H Wiknjosastra (editor). Edisi ke 4. Cetakan ke 1. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009