- Advertisement -Newspaper WordPress Theme
UncategorizedPenyebab dan Gejala Malaria

Penyebab dan Gejala Malaria

Nyamuk malaria
Ilustrasi nyamuk anopheles betina © ArtsyBee/CC0/Pixabay.

Dear Sejawat se-tanah air, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI. 2007 menjelaskan pengertian malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang sel darah merah dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksuaI didalam darah. Umumnya, infeksi malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa. Infeksi malaria dapat berlangsung akut ataupun kronis. Selain itu, infeksi ini juga dapat berlangsung tanpa ada komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal dengan sebutan malaria berat. Di Indonesia, parasit malaria yang sering ditemukan yaitu plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertian (Benign Malaria) dan plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika (Malignan Malaria). Pernah dilaporkan juga adanya plasmodium ovale ditemukan di Irian Jaya, Pulau Timor, & Pulau Owi (sebelah utara Irian Jaya).

 

Penyebab Malaria.

Penyebab infeksi malaria adalah plasmodium, yang selain menyerang manusia juga menyerang binatang seperti golongan reptil, burung, dan mamalia. Pada manusia, plasmodium ini menginfeksi sel darah merah dan mengalami pembiakan aseksuaI di jaringan hati dan di dalam sel darah merah. Sedangkan pada pembiakan seksuaI terjadi pada tubuh nyamuk anopheles betina.

Awalnya, infeksi parasit malaria pada manusia terjadi bila nyamuk anopheles betina menggigit manusia dan nyamuk tersebut melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah yang mana sebagian besar dalam waktu sekitar 45 menit akan menuju ke hati dan sisanya akan mati di dalam darah. Di dalam sel parenkim hati mulailah perkembangan aseksuaI. Setelah sel parenkim hati terinfeksi, maka terbentuklah sizont hati yang bila pecah akan mengeluarkan banyak merozoit ke dalam sirkulasi darah. Pada plasmodium vivax & ovale, sebagian parasit di dalam hati sel membentuk hipnozoit yang dapat bertahan hingga bertahun-tahun lamanya, dan bentuk ini yang akan menyebabkan terjadinya malaria kambuh kembali.

Setelah merozoit berada dalam sirkulasi darah maka merozoit akan menyerang sel darah merah dan masuk melalui reseptor permukaan sel darah merah. Parasit tumbuh setelah memakan hemoglobin (Hb). Sel darah merah yang berparasit menjadi lebih elastis dan dindingnya berubah bentuk. Setelah 36 jam menyerang ke dalam sel darah merah, parasit berubah menjadi sizont, dan apabila sizont ini pecah maka akan mengeluarkan 6 sampai 36 merozoit dan siap untuk menginfeksi sel darah merah yang lain.

 

Gejala Malaria.

Tanda dan gejala malaria setiap penderita berbeda-beda, tergantung pada daya tahan tubuh, tingginya perpindahan infeksi malaria. Sedangkan berat atau ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis prasmodium, daerah asal infeksi, usia, kondisi kesehatan & nutrisi, adanya dugaan konstitusi genetik, serta pencegahan dan pengobatan yang dilakukan sebelumnya.

Malaria memiliki gambaran karakteristik demam periodik, anemia, dan pembesaran limpa. Masa inkubasi bervariasi tergantung jenis masing-masing plasmodium.

Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan: periode dingin (15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil seringkali seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan meningkatnya suhu; diikuti dengan periode panas; penderita muka merah, nadi berdenyut cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam; diikuti dengan kondisi berkeringat; kemudian periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan suhu menurun, dan penderita merasa sehat.

Berikut kondisi klinis dalam perjalanan infeksi malaria adalah:

  • Serangan primer, yaitu kondisi mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksismal yang terdiri dari dingin atau menggigil, panas, dan berkeringat. Serangan paroksimal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari perbanyakan parasite dan kondisi immunitas penderita.
  • Periode laten, yaitu periode tanpa adanya gejala dan tanpa parasitemia selama terjadi infeksi malaria. Dan biasanya terjadi diantara dua kondisi paroksimal.
  • Recrudescense, yaitu berulangnya gejala klinis dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Recrudescense ini dapat terjadi berupa berulangnya gejla klinis sesudah periode laten dari serangan primer.
  • Recurrence, yaitu berulangnya gejala klinis atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer.
  • Relaps, yaitu berulangnya gejala klinis atau parasitemia yang lebih lama dari waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer yaitu setelah periode uang lama dari masa laten (hingga 5 tahun), dan biasanya terjadi Karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di luar sel darah merah (hati) pada malaria vivax & ovale.

Baca juga:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Subscribe Today

GET EXCLUSIVE FULL ACCESS TO PREMIUM CONTENT

SUPPORT NONPROFIT JOURNALISM

EXPERT ANALYSIS OF AND EMERGING TRENDS IN CHILD WELFARE AND JUVENILE JUSTICE

TOPICAL VIDEO WEBINARS

Get unlimited access to our EXCLUSIVE Content and our archive of subscriber stories.

Exclusive content

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme

Latest article

More article

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme