Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Resusitasi Jantung Paru (RJP) atau CPR adalah salah satu usaha untuk mempertahankan kehidupan seseorang pada saat mengalami kondisi yang mengancam nyawa, sehingga harus secepatnya dilakukan. RJP biasanya dilakukan kepada seseorang yang mengalami henti jantung dan henti nafas. Banyak faktor yang menyebabkan jantung berhenti berdetak seperti terkena serangan jantung, stroke, kejang, tenggelam atau mengalami kecelakaan. Perlu diketahui bahwa jantung, paru dan otak merupakan organ penting yang bekerjasama untuk mempertahankan kehidupan dan bila salah satu ada yang mengalami gangguan maka organ lainnya akan mengalami gangguan pula. Jadi, bila ada salah satu organ tersebut yang mengalami kegagalan fungsi maka kedua organ lainnya juga akan mengalami hal yang sama. Untuk informasi selengkapnya tentang pedoman RJP, lihat di bawah ini.
Sebelum Memulai Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Pertama, patikan dulu lingkungan telah aman untuk penolong dan pasien. Setelah itu, periksa kesadaran pasien dengan cara menepuk-nepuk dan menggoyangkan pasien sambil berteriak memanggilnya. Bila pasien tidak memberikan respon, nafas terhenti atau tersengal (misalnya nafas tidak normal) dan tidak ada denyut nadi yang terasa dalam 10 detik maka pasien dianggap mengalami kejadian henti jantung.
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah segera hubungi nomor-nomor berikut untuk meminta pertolongan lebih lanjut, yaitu 118 untuk memanggil ambulans gawat darurat (AGD) dan 112 untuk memanggil polisi atau 113 untuk memanggil pemadam kebakaran.
Tahapan-tahapan Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Berdasarkan pedoman American Heart Association (AHA) tahun 2015 untuk RJP dan perawatan darurat kardiovaskular urutan tindakan RJP yaitu C-A-B yang merupakan singkatan dari compressions, airway dan breathing. Compressions adalah tahap kompresi dada, dilanjutkan airway adalah membuka jalan nafas, dan breathing adalah memberikan nafas bantuan.
Kompresi dada.
Sebelum melakukan kompresi, baringkan pasien ke tempat yang datar, bila pasien dalam posisi telungkup maka ubahlah posisi pada menjadi posisi terlentang. Letakkan telapak tangan yang saling berkaitan di separuh bagian bawah tulang dadanya. Tekan secara cepat dan kuat sedalam minimal 5 cm, namun tidak lebih besar dari 6 cm. Kecepatan kompresi dada yang disarankan adalah 100 hingga 120 kali per menit. Tekanan tersebut diharapkan dapat menciptakan aliran darah serta menghantarkan oksigen terutama untuk otot jantung dan otak. Penting untuk penolong agar tidak bertumpu di atas dada setelah setiap kali kompresi.
Dengan catatan, bila penolong tidak terlatih tetap masih bisa melakukan pertolongan untuk korban serangan jantung dengan memberikan RJP hanya kompresi (hands only CPR) tanpa dikuti pemberian nafas bantuan hingga AED (defibrilator eksternal otomatis) datang dan siap digunakanatau penolong terlatih sudah datang.
Buka jalan nafas.
Setelah melakukan kompresi dada, lanjutkan dengan usaha untuk membuka jalan nafas dengan mendorong kepada sambil mengangkat dagu. Namun, bila penolong mencurigai adanya cidera tulang leher, maka bukalah jalan nafas pasien dengan cara menekan rahang bawah ke arah belakang. Setelah dilakukan tindakan membuka jalan nafas, langkah selanjutnya adalah dengan pemberian nafas bantuan.
Berikan nafas bantuan.
Pemberian nafas bantuan yang paling mudah dan cepat yaitu dari mulut ke mulut. Caranya dengan menjepit hidung pasien, buka sedikit mulut pasien, tarik nafas dan tempelkan bibir penolong melingkari mulut pasien, kemudian tiupkan nafas ke dalam mulutnya hingga dada terlihat mengembang. Pada setiap 30 kali kompresi dada diikuti dengan 2 kali nafas bantuan. Pemberian nafas bantuan dengan metode mulut ke mulut sebaiknya hanya dilakukan pada penolong yang telah mengikuti pelatihan khusus.
Pedoman diatas tidak berlaku untuk bayi yang baru lahir.
Untuk anak-anak berusia 1 tahun keatas, berikan tekanan sedalam 5 cm dan gunakan 1 tangan untuk anak yang sangat kecil. Pada bayi usia kurang dari 1 tahun (tidak termasuk bayi baru lahir), tekan sedalam 4 cm. Gunakan 2 jari dibagian tengah dalam tepat di bawah baris puting (untuk 1 penolong) dan 2 tangan dengan ibu jari bergerak melingkar di bagian tengah dada, tepat di bawah baris puting (untuk 2 penolong atau lebih).
Komplikasi Resusitasi Jantung Paru
Berikut komplikasi yang mungkin terjadi saat melakukan resusitasi jantung paru (RJP), diantanya:
- Lecet pada hati dan limpa.
- Patah tulang iga dan tulang dada.
- Penumpukan darah di dalam rongga dada.
- Memar pada paru.
- Penimbunan udara di dalam rongga dada di sekeliling paru-paru yang menyebabkan paru-paru kolaps.
Pelatihan resusitasi jantung paru untuk perawat dan bidan dapat diikuti di ambulans 118
Referensi:
- Modul Basic Trauma Cardiac Life Support. Edisi Revisi. Ambulan Gawat Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Jakarta. 2012.
- Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2007
- Fokus Utama pembaruan pedoman American Heart Assosiation 2015 untuk CPR dan ECC.